
Seorang penasihat senior Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa versi Indonesia dari chatbot populer asal Tiongkok, DeepSeek, akan segera diperkenalkan.
Indonesia tengah mengembangkan proyek ambisius untuk menciptakan versi terjangkau dari teknologi kecerdasan buatan (AI) milik perusahaan rintisan Tiongkok, DeepSeek. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya menjadikan Indonesia sebagai pusat teknologi di Asia Tenggara.
Penasihat ekonomi senior Presiden Prabowo, Luhut Pandjaitan, menyatakan optimisme terhadap proyek ini, yang berbasis pada model bahasa besar (LLM) open-source dan sedang dikembangkan oleh tim ahli.
“Kami telah membentuk tim untuk mengembangkan DeepSeek versi Indonesia. Jika kita tidak mencoba, bagaimana kita bisa tahu hasilnya?” ujar Luhut dalam Indonesia Economic Summit di Jakarta, Selasa.
Mantan menteri itu menjelaskan bahwa chatbot ini, yang namanya belum diumumkan, akan diperkenalkan kepada Prabowo pada awal bulan depan. Aplikasi ini dirancang untuk mampu memahami dan merespons dalam bahasa Indonesia serta bahasa Inggris.
“Transformasi digital semacam ini akan meningkatkan efisiensi Indonesia,” tambahnya. Namun, ia tidak mengungkapkan jumlah investasi yang telah dikeluarkan untuk proyek tersebut, hanya menyebut bahwa biayanya tidak terlalu besar.
DeepSeek sendiri baru saja meluncurkan chatbot R1 bulan lalu dan mengklaim bahwa platformnya memiliki kapasitas yang setara dengan ChatGPT milik OpenAI, tetapi dengan investasi yang jauh lebih rendah.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Arsjad Rasjid, mendorong sektor swasta untuk berkolaborasi dengan pemerintah guna mempercepat inovasi AI di Indonesia.
“Jika Tiongkok bisa, mengapa Indonesia tidak bisa? Kita memiliki sumber daya manusia yang cukup. Open-source adalah tentang kolaborasi,” katanya dalam sebuah pernyataan.
“Pemerintah telah memulai proyek ini, dan sektor swasta serta pihak lainnya bisa ikut berkontribusi di kemudian hari.”
Keberhasilan DeepSeek juga menjadi perhatian regulator privasi data, dengan beberapa negara seperti Korea Selatan dan Australia melarang penggunaannya pada perangkat pemerintah karena masalah keamanan.
Sementara itu, Indonesia tengah menyusun regulasi mengenai AI. Pemerintah menyatakan bahwa DeepSeek dapat menjadi salah satu alternatif dalam ekosistem digital di Tanah Air, namun chatbot ini akan dievaluasi terlebih dahulu sebelum diputuskan apakah akan dilarang atau tidak.
“Kami terus mempelajari tren AI global dan bagaimana teknologi ini dapat dimanfaatkan secara optimal di Indonesia,” kata Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, kepada wartawan di Jakarta pada Senin.