SLAWI-Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal mencatat jumlah kasus demam berdarah dengue atau DBD di Kabupaten Tegal telah menelan satu korban meninggal dari total 76 kasus dalam periode Januari sampai dengan awal Maret 2020 .
“Kasus DBD dari Januari sampai minggu kesepuluh 2020 ada 76 kasus dengan satu kematian ,”terang Kepala Dinkes Kabupaten Tegal, Hendadi Setiaji melalui Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Tegal, Ari Dwi Cahyani, Selasa (10/3).
Ari menyebutkan, dibanding periode yang sama tahun lalu, jumlah kasus DBD tahun ini mengalami peningkatan delapan kasus.
Pada tahun 2019, di bulan Januari tercatat terdapat 24 kasus dan bulan Februari tercatat sebanyak 44 kasus. Sementara pada tahun 2020, di bulan Januari tercatat ada 28 kasus dan Februari sebanyak 48 kasus.
“Hanya saja, di periode Januari hingga Februari tahun 2019 tidak ada kematian, sedangkan periode yang sama tahun 2020 sudah ada kematian satu kasus. Yakni anak usia lima tahun, warga Desa Kalisapu, Kecamatan Slawi,”tuturnya.
Ari mengatakan, selama tahun 2019 tercatat ada 370 kasus DBD dengan korban meninggal tiga kasus. Dua korban meninggal berusia dibawah 15 tahun dan satu orang berusia dibawah 5 tahun. Korban dibawa ke rumah sakit sudah dalam keadaan Dengue Shock Syndrome (DSS).
Dari banyak kasus DBD di Kabupaten Tegal, kata Ari, paling banyak menyerang anak-anak terutama anak-anak rentang usia 5-14 tahun atau usia sekolah TK-SMP.
Menurut data tahun 2019, dari 370 kasus DBD yang tercatat, menjangkiti anak usia dibawah 1 tahun sebanyak 15 kasus, usia 1-4 tahun sebanyak 52 kasus, usia 5-14 tahun sebanyak 230 kasus, usia 15-44 tahun sebanyak 62 kasus dan diatas 44 tahun sebanyak 11 kasus.
Sementara itu, 76 kasus yang tercatat pada Januari hingga minggu ke-10 tahun 2020 , menjangkiti anak usia kurang dari 1 tahun sebanyak 4 kasus, usia 1-4 tahun sebanyak 15 kasus, 5-14 tahun sebanyak 45 kasus, usia 15-44 tahun sebanyak 10 kasus dan diatas 44 tahun sebanyak dua kasus.
Untuk menekan angka itu, Ari mengatakan pihaknya melakukan sejumlah langkah preventif, antara lain menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), baik di rumah, sekolah, tempat umum maupun rumah ibadah.
Melihat banyaknya anak usia sekolah yang terjangkiti DBD, Dinkes akan menggerakkan PSN di sekolah.
Adapun upaya pengasapan (fogging) sampai saat ini telah dilakukan di 22 fokus di 20 desa. Dua desa mendapat foging sebanyak dua kali yakni Desa Sesepan, Kecamatan Balapulang dan Desa Wanasari, Kecamatan Margasari.
Dari 29 wilayah Puskesmas yang ada di 18 kecamatan Kabupaten Tegal, kasus DBD paling banyak ditemukan di empat wilayah. Yakni, di wilayah Puskemas Lebaksiu dengan 9 kasus. Kemudian wilayah Puskesmas Balapulang sebanyak 8 kasus, wilayah Pangkah ada 6 kasus dan wilayah Slawi ada 6 kasus.
Sementara di wilayah Puskesmas Adiwerna, wilayah Puskesmas Dukuhturi, wilayah Puskesmas Bumijawa, wilayah Puskesmas Danasari dan wilayah Puskesmas Jatibogor, belum ada warga yang terjangkiti.
“Kecamatan Dukuhturi dan Adiwerna wilayah endemis DBD. Kasus yang ada terjadi di wilayah Puskesmas Kupu , Kecamatan Dukuhturi dan wilayah Puskesmas Pagiyanten, Kecamatan Adiwerna ,”sebutnya. (Sari/Red-06)