Categories
Hiburan

Kisah di Balik Lagu Ikonik: Dari Kesuksesan Fenomenal Jamrud hingga Kolaborasi Tak Terduga Van Halen

Setiap lagu hebat memiliki ceritanya sendiri. Di balik melodi yang akrab di telinga dan lirik yang melekat di ingatan, sering kali tersimpan proses kreatif yang unik, pencapaian luar biasa, hingga kolaborasi mengejutkan yang tidak diketahui banyak orang. Berikut adalah kisah di balik dua lagu rock legendaris dari dua era dan dua negara yang berbeda: “Pelangi di Matamu” dari Jamrud dan “I’ll Wait” dari Van Halen.

“Pelangi di Matamu”: Mahakarya Jamrud yang Mengukir Sejarah

Bagi para penikmat musik Indonesia, siapa yang tidak kenal lagu “Pelangi di Matamu”? Lagu ini merupakan salah satu single paling fenomenal dari album Ningrat (2000) milik grup band cadas legendaris, Jamrud. Kehadiran lagu ini bukan hanya menjadi sebuah hit, tetapi juga menjadi penanda puncak kejayaan Jamrud di industri musik tanah air.

Album Ningrat sendiri berhasil menorehkan sejarah. Dengan penjualan yang mencapai 2 juta keping, album ini menjadi salah satu album rock terlaris sepanjang sejarah musik Indonesia. Kesuksesan komersial ini juga diakui secara kualitas dengan diraihnya penghargaan bergengsi AMI Award pada tahun 2000. Prestasi ini mengukuhkan status Jamrud sebagai raksasa di kancah musik rock nasional.

Dampak Kesuksesan dan Dominasi di Panggung Musik

Ledakan popularitas album Ningrat membawa Jamrud ke level yang lebih tinggi. Mereka menggelar tur tunggal yang sangat masif, menyambangi 120 kota di seluruh Indonesia. Tidak hanya berjaya di negeri sendiri, popularitas mereka juga terdengar hingga ke mancanegara, yang terbukti dengan adanya undangan untuk tampil di Jepang dan Korea Selatan. Pada masa keemasannya, Jamrud menjadi salah satu band dengan bayaran termahal, di mana honor mereka untuk sekali manggung dilaporkan mencapai angka Rp 100 hingga 150 juta.

Kolaborasi Mengejutkan: Saat Michael McDonald Membantu Van Halen

Jauh di belahan dunia lain dan beberapa dekade sebelumnya, sebuah kisah menarik terjadi di dapur rekaman salah satu band rock terbesar dunia, Van Halen. Saat sedang mengerjakan album keenam mereka yang monumental, 1984, band ini mengalami kebuntuan kreatif pada sebuah lagu berjudul “I’ll Wait”. Mereka memiliki musiknya, tetapi kesulitan menemukan lirik dan melodi vokal yang pas.

Produser mereka, Ted Templeman, yang pernah bekerja sama dengan Michael McDonald saat di The Doobie Brothers, memiliki ide cemerlang. Ia menghubungi McDonald dan bertanya apakah ia bersedia membantu Van Halen. “Ted Templeman menelepon saya dan berkata, ‘Hei, orang-orang ini punya sebuah lagu dan butuh lirik, saya bilang kamu bisa melakukannya dan mereka setuju, jadi kenapa kamu tidak datang?'” kenang McDonald. “Dia mengirimi saya musiknya, dan saya mulai menyiapkan beberapa ide agar tidak datang dengan tangan kosong.”

Proses Kreatif dan Hasil yang Memuaskan

McDonald kemudian bertemu dengan vokalis Van Halen, David Lee Roth, di kantor Templeman. “Itu adalah… pengalaman yang menarik,” ujar McDonald. “Dia sepertinya suka dengan ide yang saya bawa, jadi kami duduk di sana dengan demo yang diputar dari kaset, lalu kami menyanyikan baris-baris lirik dan melodi.” Setelah melalui beberapa penyesuaian, sentuhan magis McDonald berhasil menyempurnakan lagu tersebut. Hasilnya, “I’ll Wait” menjadi hit besar, menduduki posisi ke-13 di tangga lagu utama dan peringkat ke-2 di tangga lagu Mainstream Rock.

Masalah Kredit Penulisan Lagu dan Warisan Abadi

Namun, di balik kesuksesan itu, ada sedikit masalah. Selama bertahun-tahun, nama Michael McDonald tidak dicantumkan dalam kredit penulis lagu di album 1984. Kredit tersebut baru ditambahkan beberapa tahun kemudian ketika album itu di-master ulang dan dirilis kembali. Lagu ini sekarang secara resmi dikreditkan kepada McDonald, Roth, Eddie Van Halen, Alex Van Halen, dan Michael Anthony.

“Saya kira mereka pikir saya ini Sinterklas karena saya harus sedikit mengejar mereka untuk urusan yang satu itu,” canda McDonald. Meskipun demikian, ia mengakui dampak besar dari kolaborasi tersebut. “Lagu itu mungkin salah satu karya ciptaan saya yang paling sering diputar, hanya karena itu adalah lagu Van Halen. Album itu terjual tiga atau empat juta kopi dengan cepat, yang merupakan pencapaian luar biasa pada saat itu.”