Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI) terus mencetak rekor tertinggi baru, para investor ritel justru menunjukkan sikap waspada. Mereka secara aktif membeli produk yang bertaruh pada pelemahan pasar atau beralih ke aset aman, mengindikasikan adanya kekhawatiran akan potensi volatilitas setelah kenaikan yang signifikan.

Meningkatnya Minat pada Produk ETF ‘Inverse’

Berdasarkan data dari perusahaan informasi keuangan Yonhap Infomax pada tanggal 17, terlihat bahwa investor ritel dalam sepekan terakhir secara besar-besaran mengakumulasi produk Exchange-Traded Fund (ETF) yang bersifat inverse. Dua produk yang paling banyak dibeli adalah ‘KODEX 200 Futures Inverse 2X’ dengan nilai pembelian bersih mencapai 274 miliar won, dan ‘KODEX Inverse’ senilai 60 miliar won.

Kedua produk ini dirancang untuk memberikan keuntungan saat pasar saham turun. ‘KODEX 200 Futures Inverse 2X’ mengikuti pergerakan harian indeks KOSPI 200 Futures secara terbalik dengan pengali dua kali lipat, sementara ‘KODEX Inverse’ bergerak berlawanan arah dengan indeks KOSPI 200. Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak investor ritel yang berspekulasi bahwa puncak kenaikan pasar sudah dekat.

Aset Aman dan Saham AS Menjadi Pilihan

Selain bertaruh pada penurunan indeks, investor ritel juga mengalihkan dananya ke aset yang dianggap lebih aman. ETF berbasis emas menjadi sangat populer, di mana ‘ACE KRX Gold Spot’ mencatatkan pembelian bersih oleh investor ritel hampir 40 miliar won, dan ‘TIGER KRX Gold Spot’ mengikuti dengan nilai 31 miliar won.

Tidak hanya itu, diversifikasi ke pasar saham Amerika Serikat juga menjadi strategi utama. ETF seperti ‘TIGER US S&P500’ (pembelian bersih 82 miliar won), ‘TIGER US AI Software TOP4Plus’ (38 miliar won), dan ‘KODEX US S&P500’ (32 miliar won) masuk dalam jajaran teratas yang diborong investor.

Secara keseluruhan, dari 10 ETF yang paling banyak dibeli oleh investor ritel dalam sepekan terakhir, tidak ada satu pun yang mengikuti pergerakan positif indeks KOSPI. Sebaliknya, komposisinya terdiri dari dua produk inverse, dua produk emas, dan enam produk saham AS.

KOSPI Mengalami Koreksi Setelah Reli Panjang

Kekhawatiran para investor ini tampaknya beralasan. Setelah mencatatkan kenaikan selama 11 hari perdagangan berturut-turut, KOSPI akhirnya menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Pada tanggal 17 pukul 10:52 pagi waktu setempat, indeks KOSPI tercatat anjlok 40,41 poin (1,17%) ke level 3.409,21. Ini menandai penurunan pertama dalam 12 hari perdagangan.

Investor asing, yang sebelumnya menjadi motor penggerak kenaikan KOSPI dengan aksi beli selama tujuh hari beruntun, kini berbalik melakukan penjualan bersih. Aksi jual oleh investor asing dan institusi semakin menekan indeks hingga turun lebih dari 1%.

Antisipasi Pertemuan FOMC AS Memicu Aksi Ambil Untung

Pelemahan pasar ini secara luas dihubungkan dengan sikap kehati-hatian investor menjelang pengumuman hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Amerika Serikat. Sentimen “wait and see” menguat di kalangan pelaku pasar, memicu aksi ambil untung setelah kenaikan tajam baru-baru ini.

“Menjelang pertemuan FOMC bulan September, ada kemungkinan sentimen kehati-hatian akan menyebar di pasar, yang dapat memicu aksi jual untuk merealisasikan keuntungan,” ujar Han Ji-young, seorang analis dari Kiwoom Securities.

Sentimen serupa juga terlihat di pasar saham New York semalam. Bursa Wall Street ditutup sedikit melemah karena investor merealisasikan keuntungan menjelang keputusan suku bunga The Federal Reserve. Indeks S&P 500 turun 0,13%, Nasdaq Composite melemah 0,07%, dan Dow Jones Industrial Average terkoreksi 0,27%.