Platform streaming musik Spotify baru-baru ini menegaskan fokusnya di Asia dengan kembali menggelar Spotify House di Seoul dalam skala yang lebih besar. Langkah ini bukan sekadar acara pop-up biasa; ini mencerminkan pandangan perusahaan yang melihat Korea sebagai salah satu pusat kreatif paling berpengaruh di dunia dan sebagai “tempat uji coba” (test bed) global untuk masa depan konsumsi musik.
Korea sebagai Ibu Kota Budaya Global
Gautam Talwar, General Manager Spotify untuk Asia-Pasifik, dalam sebuah wawancara di Seoul, menyatakan bahwa Korea adalah “salah satu ibu kota budaya paling berpengaruh dalam industri musik global.” Ia menyoroti peran Seoul sebagai penentu tren, yang menjadikannya lokasi ideal untuk Spotify House terbesar di Asia Pasifik.
Menurut Talwar, yang telah mengawasi salah satu wilayah dengan pertumbuhan tercepat di Spotify selama lebih dari tujuh tahun, pengalaman ini dirancang sebagai “manifestasi fisik” dari rumah seorang “pecinta musik sejati.” Ini sejalan dengan dorongan Spotify menuju apa yang disebutnya sebagai “era ubiquitous” (ada di mana-mana) dalam mendengarkan. Dengan pengguna yang menghabiskan rata-rata 2,5 jam sehari di aplikasi, tujuannya adalah untuk berintegrasi lebih jauh ke dalam rutinitas pribadi dan interaksi sosial, terutama di Korea, di mana pendengarnya termasuk yang paling aktif di dunia.
Fenomena K-Pop dan Keberagaman Genre
Tidak dapat dipungkiri, kebangkitan K-pop telah mengubah konsumsi musik di seluruh dunia. Talwar menekankan bahwa K-pop mengalami “pertumbuhan tanpa batas” lintas benua, dengan momentum streaming yang kuat tidak hanya di AS dan Eropa, tetapi juga di Asia Tenggara, Amerika Latin, dan India.
Namun, strategi Spotify di Korea tidak terbatas pada pop idol. Platform ini secara aktif mendorong genre lain seperti indie rock, hip-hop, dan R&B Korea agar dikenal lebih luas. “Indie rock sedang mengalami momen terobosan di platform ini, dengan streaming besar di Taiwan, Thailand, dan Indonesia,” kata Talwar. Investasi ini diwujudkan melalui playlist terkurasi seperti “Indie Korea” dan “Krown,” serta program “Radar” yang telah mendukung musisi seperti Hanroro, Junny, hingga grup besar seperti Babymonster dan Le Sserafim.
Kekuatan Musik Lokal di Pasar Indonesia
Sementara Spotify menggunakan Korea sebagai tolok ukur tren global, di pasar lain seperti Indonesia, platform ini juga menjadi cerminan akurat dari kekuatan musik lokal. Dinamika di Indonesia menunjukkan bahwa selera pendengar domestik memiliki kekuatan yang sama besarnya dalam menentukan apa yang menjadi populer.
Sebagai bukti nyata, lagu terbaru dari Virgoun yang berjudul “Selamat (Selamat Tinggal),” yang menampilkan Audy, saat ini mendominasi tangga lagu di Indonesia. Lagu ini, yang merupakan single terakhir dari proyek ‘Meski Lewat Luka; a song series’, dilaporkan masih kokoh menduduki puncak tangga lagu di Spotify hingga saat ini. Fenomena ini menunjukkan bagaimana platform tersebut secara bersamaan dapat mendorong tren global sambil tetap melayani dan merefleksikan dominasi kuat artis-artis lokal di pasarnya masing-masing.